16 Februari 2009

Pesan dari sahabat 4

Jangan Menuntu Upah...

Ada ungkapan menarik dari Ibnu Atha'ilah dalam kitab Hikam,
"Apabila kamu menuntut pahala untuk suatu amal perbuatan, maka engkau pasti juga akan dituntut kesempurnaan dan keikhlasan mu dalam perbuatan itu dan bagi seorang yang belum merasa sempurna, haruslah dia merasa puas jika ia telah selamat dari tuntutan.

Saudaraku, seringkali kita menuntut upah dan berharap kepada Allah untuk mengabukan segala permintaan kita, bila demikian sanggupkah kita memenuhi tuntutan tersebut ? Sungguh berat untuk dapat kita lakukan, maka daripada menuntut Allah memberikan upah dan pahala, lebih baik kita menuntut diri sendiri untuk menyempurnakan amal-amal yang kita lakukan. InsyaAllah, ketika kita bersungguh-sungguh melakukan yang terbaik untuk Allah, maka Allah pun akan memberikan upah terbaik pula bagi kita tanpa kita minta, jumlahnya pun lebih banyak dari yang kita minta.
Sebab, barang siapa yang bersungguh-sungguh kepada Allah, maka Allah pun akan lebih bersungguh-sungguh kepadanya.
Ibnu Atha'ilah menegaskan kembali,
"Jangan menuntu usah terhadap perbuatan yang engkau sendiri tidak ikut berbuat, cukup besar balasan (upah) yang Allah berikan kepadamu, jika Allah menerima amal itu."

Disinilah terjadi perubahan paradigma dalam berfikir.
Kebahagian bukan lagi dari menerima hasil, tapi kebahagian kita terletak pada proses menjalankan amal dengan cara terbaik, maka daripada kita sibuk memikirkan pahala sholat, lebih baik kita memikirkan bagaimana agar sholat kita khusu, tepat waktu, berjemaah di masjid dan berada di shaf terdepan.
Daripada memikirkan limpahan rizki dari buah sedekah, lebih baik kita berfikir bagaimana kita bisa ikhlas bersedekah dan dapat memberikan barang yang terbaik.
Daripada memikirkan untuk dapat memasuki pintu Ar Rayyan di surga, lebih baik kita berfikir dan berusaha melakukan shaum terbaik, sehingga tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan samba indra, hati dan fikiran kita dari hal-hal yang dilarang dan diharamkan Allah.
Demikianlah seterusnya......

Bila tahapan ini berhasil kita lalui, dimana bila terjadi pergeseran paradigma berfikir, maka kita akan mendapat anugrah berikutnya, yaitu kebahagian dan rasa syukur, karena Allah telah memberikan kesempatan kepada kita untuk beramal.
Difirmankan dalam QS. Ash Shaaffaat (37) ayat 96 yang berbunyi ;
"Padahal Allah lah yang telah menciptaka kamu dan apa yang kamu
Perbuat itu."
Ibrahim Al Laqqany menguatkan, dan Allah lah yang menjadikan hamba segala perbuatannya dan Dia pula yang memberikan taufik untuk siapa yang akan sampai (mendekat) kepada Nya.

Saudaraku, Allah maha pengasih kepada hamba-hambaNya.
Allah akan mencurahkan rahmat dan kemuliaan kepada mereka yang ikhlas di jalannya.

Ketika kita bersyukur atas kesempatan yang Allah berikan, kita memandang kecil (sekecil-kecilnya) amal tesebut, maka pada saat itu pula Allah akan membesarkan amal-amal tersebut dan memuliakan kita di hadapan makhluknya yang lain. Salah satunya, jika Allah menunjukkan karuniaNya kepada kita, maka Dia akan menjadikan dan menanamkan amal perbaika itu perbuatanmu.
Misal Allah memampukan kita untuk bersedekah, kemudian orang-orang menganggap kita ahli sedekah, padahal tanpa izin dan karunia dari Allah, maka proses sedekah itu tidak akan terjadi.
Karena kasih sayang Allah lah kita di pandang baik oleh orang lain, aib-aib kita pun di sembunyi kan Allah dari pandangan mereka.
Begitu Allah yang berbuat kita yang disebut...!
Wallahu a'lam....
Amin....

______________________________
Pesan ini saya terima dari Yayieq (Ziek) tanggal 02 Pebruari 2009

Tidak ada komentar: